TUGAS MAKALAH TENTANG KERAJAAN TIDORE DAN TERNATE
(SEJARAH INDONESIA)
Nama
: FIFIT FITRIANI
FIRDA SUCI.N
Kelas : X TKJ 1
MAKALAH TENTANG KERJAAN TIDORE DAN TERNATE
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat
Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-nya sehingga makalah tentang “Kesultanan
Gowa dan Tallo dengan Kesultanan Ternate dan Tidore” dapat
terselesaikan untuk memenuhi tugas Sejarah.
Melalui makalah
ini kami bermaksud memberikan sekilas informasi mengenai kehidupan politik,
kehidupan ekonomi dan kehidupan sosial budaya serta tokoh-tokoh yang memimpin
kesultanan tersebut.
Dalam
penyelesaian makalah ini kami banyak mendapatkan kesulitan. Berkat buku
dan referensi yang kami baca dapat
membantu kami untuk menyusun makalah ini. Kami berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan.
Kami yakin
makalah ini belum sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan komentar, kritik
serta saran demi penyempurnaan makalah ini. semoga makalah ini bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di
Indonesia terdapata berbagai jenis kerajaan-kerajaan yang bercorak islam yang
membujur dari sabang sampai merauke. Agama islam pertama masuk ke Indonesia melalui proses
perdagangan, pendidikan, dll. Salah satu kerajaan-kerajaan islam di Indonesia
seperti kerajaan Gowa Tallo (Makassar)
dan kerajaan Ternate tidore (Maluku).
Kedua kerajaan memiliki persamaan
dan perbedaaan. Kedua kerajaan ini memiliki persamaan dalam hal melawan
penjajah yang berusaha menguasai dan memonopoli daerah-daerah kekuasaanya serta
mempertahankan dan mewarisi agama islam kepada rakyat-rakyatnya. Selain itu tokoh-tokoh yang memimpin dan
berhasil mengusir para penjajah adalah seorang Sultan-sultan yang pemberani.
Sedangkan dari segi perbedaan ialah dalam hal perekonomian, sosial, dan politik.
Pada masa
kejayaan kerajaan-kerajaan tersebut banyak mengalami berbagai masalah yang bisa
menimbulkan permusuhan dan pertikaian serta peperangan. Penyebab dari
permusuhan dan peperangan itu, adalah masalah agama, penguasaan wilayah, dan
memonopoli perdagangan. Peperangan yang terjadi di kerajaan gowa tallo adalah
melawan VOC (pasukan belanda) yang di pimpin oleh Sultan Hasanudin, sedangkan
pada kerajaan ternate dan tidore adalah mengusir bangsa portigis yang mencari
rempah-rempah. Perlawanan ini dilakukan oleh Uli siwa dan Uli lima yang
dipimpin oleh Sultan Haerun.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas maka
rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut 1. Bagaimana kehidupan politik kerajaan
Gowa Tallo ?
2. Jelaskan
kehidupan sosial kerajaan Gowa tallo dan tokoh-tokoh pemimpinya?
3. Bagaimana pemerintahan Kesultanan Ternate dan Tidore ?
4. Bagaimana
Peninggalan sejarah atau Arkeologi kerajaan Gowa Tallo dan kerajaan Ternate
Tidore ?
C. Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui kehidupan politik kerajaan Gowa Tallo
2. Untuk
mengetahui kehidupan sosial kerajaan Gowa Tallo
3. Untuk
mengetahui tokoh-tokoh yang pernah memimpin kerajaan Gowa tallo
4. Untuk
mengetahui pemerintahan kerajaan Ternate Tidore
5. Untuk
mengetahui akeologi kerajaan gowa tallo dan kerajaan ternate tidore
6. Untuk
mengetahui penyebab-penyebab terjadinya peperangan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kehidupan
Politik Kerajaan Gowa Tallo
Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang
dikenal dengan nama Bate
Salapang (Sembilan Bendera),
yang kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang,
Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Melalui berbagai cara, baik
damai maupun paksaan, komunitas lainnya bergabung untuk membentuk Kerajaan
Gowa. Cerita dari pendahulu di Gowa dimulai oleh Tumanurung sebagai pendiri
Istana Gowa, tetapi tradisi Makassar lain menyebutkan empat orang yang
mendahului datangnya Tumanurung, dua orang pertama adalah Batara Guru dan
saudaranya.
Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk Robandang atau Dato’ Ri Bandang dari Sumatera, sehingga pada abad 17 agama Islam berkembang pesat di
Sulawesi Selatan, bahkan raja Makasar pun memeluk agama Islam. Raja Makasar
yang pertama memeluk agama Islam adalah Sultan Alaudin. Sejak pemerintahan Sultan Alaudin kerajaan Makasar
berkembang sebagai kerajaan maritim dan berkembang pesat pada masa pemerintahan
raja Muhammad Said (1639 – 1653).
Selanjutnya kerajaan Makasar mencapai puncak
kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan
Hasannudin (1653 – 1669). Pada masa
pemerintahannya Makasar berhasil memperluas wilayah kekuasaannya yaitu dengan
menguasai daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat menunjang
keperluan perdagangan Makasar. Ia berhasil menguasai Ruwu, Wajo, Soppeng, dan
Bone.Perluasan daerah Makasar tersebut sampai ke Nusa Tenggara Barat. Daerah
kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat
dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada
dominasi asing. Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang
dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon. Untuk itu hubungan antara
Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya
kerajaan Makasar. Dengan kondisi tersebut maka timbul pertentangan antara
Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan menyebabkan terjadinya peperangan.
Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku.
Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin
memimpin sendiri pasukannya untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di
Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan
Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan
dari Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan Makasar yaitu
dengan melakukan politik adu-domba antara Makasar dengan kerajaan Bone (daerah
kekuasaan Makasar). Raja Bone yaitu Aru Palaka yang merasa dijajah oleh Makasar mengadakan persetujuan kepada VOC untuk
melepaskan diri dari kekuasaan Makasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu
dengan VOC untuk menghancurkan Makasar.
Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat
menguasai ibukota kerajaan Makasar. Dan secara terpaksa kerajaan Makasar harus
mengakui kekalahannya dan menandatangai perjanjian
Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat
merugikan kerajaan Makasar.
Isi dari perjanjian Bongaya antara lain:
a. VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makasar.
b. Belanda dapat mendirikan benteng di Makasar.
c.
Makasar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya
seperti Bone dan pulau-pulau di luar
Makasar.
d. Aru
Palaka diakui sebagai raja Bone.
Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makasar terhadap Belanda tetap berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan Hasannudin yaitu Mapasomba (putra Hasannudin) meneruskan perlawanan melawan Belanda.Untuk menghadapi perlawanan rakyat Makasar, Belanda mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat menguasai sepenuhnya kerajaan Makasar, dan Makasar mengalami kehancurannya.
B. Kehidupan Sosial Kerajaan Gowa tallo dan Tokoh-tokoh
Pemimpinya
1.
Kehidupan
Sosial Budaya
Sebagai negara Maritim,
maka sebagian besar masyarakat Makasar adalah nelayan dan pedagang. Mereka giat
berusaha untuk meningkatkan taraf kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka
yang merantau untuk menambah kemakmuran hidupnya. Walaupun masyarakat Makasar
memiliki kebebasan untuk berusaha dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi
dalam kehidupannya mereka sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap
sakral. Norma kehidupan masyarakat Makasar diatur berdasarkan adat dan agama
Islam yang disebut Pangadakkang. Dan masyarakat Makasar
sangat percaya terhadap norma-norma tersebut.Di samping norma tersebut,
masyarakat Makasar juga mengenal pelapisan sosial yang terdiri dari lapisan
atas yang merupakan golongan bangsawan dan keluarganya disebut dengan “Anakarung/Karaeng”, sedangkan
rakyat kebanyakan disebut “to
Maradeka” dan masyarakat lapisan bawah
yaitu para hamba-sahaya disebut dengan golongan “Ata”.
Dari segi kebudayaan,
maka masyarakat Makasar banyak menghasilkan benda-benda budaya yang berkaitan
dengan dunia pelayaran. Mereka terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang
dibuat oleh orang Makasar dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo. Kapal Pinisi
dan Lombo merupakan kebanggaan rakyat Makasar dan terkenal sampai mancanegara.
2. Toko-tokoh Kerajaan Gowa Tallo
Sultan Alauddin dengan
nama asli Karaeng Ma’towaya Tumamenanga
ri Agamanna. Ia merupakan Raja Gowa Tallo yang pertama kali memeluk agama
islam yang memerintah dari tahun 1591 – 1638. dibantu
oleh Daeng Manrabia (Raja
Tallo) bergelar Sultan Abdullah.
Sultan Hasanuddin (lahir
di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1631 – meninggal
di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur 39 tahun) adalah Raja Gowa ke-16
dan pahlawan nasional Indonesia yang terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng
Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Setelah memeluk agama Islam, ia mendapat tambahan gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana, hanya
saja lebih dikenal dengan Sultan Hasanuddin saja. Karena keberaniannya, ia
dijuluki De Haantjes van Het
Oosten oleh Belandayang artinya Ayam Jantan/Jago dari Benua Timur. Ia dimakamkan di Katangka, Makassar.
C. Kesultanan Ternate dan Tidore
1. Kehidupan Ekonomi
Tanah di Kepulauan maluku itu subur
dan diliputi hutan rimba yang banyak memberikan hasil diantaranya cengkeh dan
di kepulauan Banda banyak menghasilkan pala. Pada abad XIV, kerajaan Ternate
mulai maju karena berkembangnya perdagangan rempah-rempah. Pesatnya
perkembangan perdagangan keluar dari maluku mengakibatkan terbentuknya
persekutuan.
2.
Kehidupan Sosial
Kedatangan bangsa Portugis di kepulauan
Maluku bertujuan untuk menjalin perdagangan dan mendapatkan rempah-rempah.
Bangsa Portugis juga ingin mengembangkan agama katholik. Sultan Hairun adalah
tokoh yang paling keras melawan orang Portugis dan usaha Kristenisasi di
Maluku. Tokoh missi Katholik yang pertama di Maluku ialah Fransiscus Zaverius
tahun 1546 M, ia berhasil mengkhatolikkan sebagian dari penduduk Maluku.
Seperti sudah diketahui, bahwa sebagian
dari daerah maluku terutama Ternate sebagai pusatnya, sudah masuk agama islam.
Oleh karena itu, tidak jarang perbedaan agama ini dimanfaatkan oleh orang-orang
Portugis untuk memancing pertentangan antara para pemeluk agama itu. Dan bila
pertentangan sudah terjadi maka pertentangan akan diperuncing lagi dengan
campur tangannya orang-orang Portugis dalam bidang pemerintahan, sehingga
seakan-akan merekalah yang berkuasa.
Setelah masuknya kompeni Belanda di
Maluku, semua orang yang sudah memeluk agama Katholik harus berganti agama
menjadi Protestan. Hal ini menimbulkan masalah-masalah sosial yang sangat besar
dalam kehidupan rakyat dan semakin tertekannya kehidupan rakyat. Keadaan ini
menimbulkan amarah yang luar biasa dari rakyat Maluku kepada kompeni Belanda.
Di Bawah pimpinan Sultan Ternate, perang umum berkobar, namun perlawanan
tersebut dapat dipadamkan oleh kompeni Belanda. Kehidupan rakyat Maluku pada
zaman kompeni Belanda sangat memprihatinkan sehingga muncul gerakan menentang
Kompeni Belanda.
Menurut Meilink-Roelofsz, 1962: 93-100, dalam kumpulan
makah diskusi ternate sebagai Bandar di jalur sutra, mengatakan bahwa Ternate
dan wilayah Maluku pada umumnya merupakan wilayah penghasil rempah-rempah
paling utama yang antara lain menyebabkan wilayah tersebut juga menjadi ajang
potensial pertarungan kepentingan hegemoni ekonomi, yang pada akhirnya bermuara
pada pertarungan politik/militer.
3. Kehidupan Politik
Di
kepulauan maluku terdapat kerajaan kecil, diantaranya kerajaan ternate sebagai
pemimpin Uli Lima yaitu persekutuan lima bersaudara. Uli Siwa yang berarti
persekutuan sembilan bersaudara. Ketika bangsa portugis masuk, portugis
langsung memihak dan membantu ternate, hal ini dikarenakan portugis mengira
ternate lebih kuat. Bagaimanapun
kehadiran para pedaganag Portugis di Ternate dirasakan kerajaan Ternate
merugikan karena monopoli perdagangan sehingga kerap menimbulkan pemberontakan
terhadap kedudukan Portugis di Ternate, terlebbih pada masa Antonio Galvao
menjadi Gubernur Portugis di Maluku (1536-1540).
·
Sultan Haerun
Untuk
dapat
memperkuat kedudukannya, portugis mendirikan sebuah benteng yang di beri nama
Benteng Santo Paulo. Namun tindakan portugis semakin lama di benci oleh rakyat
dan para penjabat kerajaan ternate. Oleh karena itu Sultan Khairun secara
terang-terangan menentang politik monopoli dari bangsa portugis. Pada tahun
1565 Sultan Khairun dengan rakyatnya mengadakan penyerangan-penyerangan
terhadap Portugis karena hampir terdesak pihak Portugis melakukan penipuan
dengan dalih untuk mengadakan perundingan tetapi tternyata Sultan Khairun
dibunuh tahun 1570 yang menebabkakn makin marahnya rakyat Ternate.
·
Sultan
Baabullah
Sultan baabullah (Putra Sultan Hairun)
bangkit menentang portugis. Tahun 1577 M Portugis dapat dikalahkan dan
meninggalkan benteng, menyingkir ke pulau dekat Tahulu tidak jauh dari Tidore,
tetapi tetap diganggu oleh Ternate agar menyingkir dari tempat itu. Sultan
Baabullah menyatakan dirinya sebagai penguasa seluruh Maluku bahkan mendapat
pengakuan kekuasaannya samapai ke berbagai daerah Mindanao, Manado, Sangihe,
dan daerah-daerah Nusa Tenggara. Sultan Baabullah wafat pada tahun1583,
orang-orang Spanyol menyerang Ternate dan berhasil merebut benteng Gamulamu di
Ternate tahun 1606.
·
Sahid
Barkat
Sultan Ternate pada waktu itu Sahid Barkat
ditangkap dan diminta agar menyerahkan semua benteng-benteng yang ada kepada
sekutu, agar tawanan orang-orang Kristen dibebaskan, kemudian raja Ternate
diasingkan dengan putra-putranya serta kaicil-kaicil dibawah Manila. muncullah VOC Belanda.
D. Peningalan Akeologi Kerajaan Gowa Tallo dan Kerajaan Ternate
Tidore
1.
Kerajaan
Gowa Tallo
Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo.
Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi
Selatan. Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang
bernama I manrigau Daeng Bonto
Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah
liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi
benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan
Karst yang ada di
daerah Maros.
Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang
hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun
di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di
lautan. Nama asli benteng in i adalah Benteng Ujung Pandang.
Mesjid Katangka didirikan pada tahun
1605 M. Sejak berdirinya telah mengalami beberapa kali pemugaran. Pemugaran itu
berturut-turut dilakukan oleh Sultan Mahmud (1818), Kadi Ibrahim (1921),
Haji Mansur Daeng Limpo, Kadi Gowa (1948), dan Andi Baso, Pabbicarabutta Gowa
(1962) sangat sulit mengidentifikasi bagian paling awal (asli) bangunan mesjid
tertua Kerajaan Gowa ini.
Makam raja-raja. Tallo adalah sebuah
kompleks makam kuno yang dipakai sejak abad XVII sampai dengan abad XIX Masehi.
Letaknya di RK 4 Lingkungan Tallo, Kecamatan Tallo, Kota Madya Ujungpandang.
Lokasi makam terletak di pinggir barat muara sungai Tallo atau pada sudut timur
laut dalam wilayah benteng Tallo. Ber¬dasarkan basil penggalian (excavation)
yang dilakukan oleh Suaka Peninggalan sejarah dan Purbakala (1976¬-1982)
ditemukan gejala bahwa komplek makam ber¬struktur tumpang-tindih. Sejumlah
makam terletak di atas pondasi bangunan, dan kadang-kadang ditemukan fondasi di
atas bangunan makam.
Kompleks makam raja-raja Tallo ini
sebagian ditempat¬kan di dalam bangunan kubah, jirat semu dan sebagian tanpa
bangunan pelindung: Jirat semu dibuat dan balok¬balok ham pasir. Bangunan kubah
yang berasal dari kuran waktu yang lebih kemudian dibuat dari batu bata.
Penempatan balok batu pasir itu semula tanpa memper¬gunakan perekat. Perekat
digunakan Proyek Pemugaran. Bentuk bangunan jirat dan kubah pada kompleks ini
kurang lebih serupa dengan bangunan jirat dan kubah dari kompleks makam
Tamalate, Aru Pallaka, dan Katangka. Pada kompleks ini bentuk makam dominan
berciri abad XII Masehi.
2. Kerajaan
Ternate Tidore
Peninggalan arkeologi yang
kerajaan Islam Ternate pada dasarnya ada 3 kelompok, yaitu:
Kompleks Istana, Masjid dan
Makam Kesultanan Ternate
Istana
Kesultanan Ternate bergaya bangunan abad XIX, berlantai dua, menghadap ke arah
laut, dikelilingi perbentengan terletak satu kompleks dengan masjid Jami’
Ternate, secara administratif terletak di Soa-Siu, Kelurahan Letter C, Kodya
Ternate, Kabupaten Maluku Utara. Istana ini telah dipugar pada tahun anggaran
1978/1979-1981/1982 oleh Mendikbud Dr. Daoed Joesoef. Istana tersebut kini
dialih fungsikan sebagai museum Kesultanan Ternate. Istana ini
dikelilingi oleh perbentengan yang kini masih nampak sisa-sisa pondasinya.
Masjid jami’ Kesultanan Ternate juga terletak
di kompleks istana, berdenah persegi, mengahadap ke timur, memiliki satu ruang
utama beratap susun 7 tingkat. Masjid yang didirikan Sultan Hamzah ini
berukuran 22.40 x 39.30 m dengan tinggi keseluruhan 21.74 m; sedangkan menara
berukuran 3 x 4.2 m dengan tinggi 21.74 m. atap masjid di topang 4 tiang dan 12
tiang pembantu. Masjid dikelilingi pagar tembok, dengan pintu gapura beratap
gua susun. Gapura ini sekaligus berfungsi sebagai menara adza
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Antara kerajaan Gowa Tallo dengan
kerajaan Ternate Tidore memiliki persamaan dan perbedaaan. Kedua kerajaan ini
memiliki persamaan dalam hal melawan penjajah yang berusaha menguasai dan
memonopoli daerah-daerah kekuasaanya serta mempertahankan dan mewarisi agama
islam kepada rakyat-rakyatnya. Selain
itu tokoh-tokoh yang memimpin dan berhasil mengusir para penjajah adalah
seorang Sultan-sultan yang sangat berani. Sedangkan dari segi perbedaan ialah
dalam hal perekonomian, sosial, dan
politik.
Pada masa kejayaan kerajaan-kerajaan
tersebut banyak mengalami berbagai masalah yang bisa menimbulkan permusuhan dan
pertikaian serta peperangan. Penyebab dari permusuhan dan peperangan itu,
adalah masalah agama, penguasaan wilayah, dan memonopoli perdagangan.
Peperangan yang terjadi di kerajaan gowa tallo adalah melawan VOC (pasukan
belanda) yang di pimpin oleh Sultan Hasanudin, sedangkan pada kerajaan ternate
dan tidore adalah mengusir bangsa portigis yang mencari rempah-rempah.
Perlawanan ini dilakukan oleh Uli siwa dan Uli lima yang dipimpin oleh Sultan
Haerun.
Peninggalan-peningalan
sejarah sangatlah bermanfaat untuk mengenang perjuangan tokoh-tokoh yang
berhasil melawan bangsa-bangsa eropa yang datang menjajah. Peninggalan
arkeologi kerajaan Gowa Tallo seperti : Benteng Ujung Pandang, Mesjid Katangka, Makam raja-raja
Tallo (kompleks makam kuno), sedangkan Peninggalan arkeologi pada kerajaan Ternate pada dasarnya ada 3
kelompok, yaitu: Kompleks Istana, Masjid dan Makam Kesultanan Ternate.
B. SARAN
Berdasarkan uraian di atas, kiranya kita sebagai bagian dari
warga negara Indonesia dapat mengapresiasikan perjuangan para tokoh-tokoh yang
memperjuangkan agama islam dan daerah NKRI dari belenggu bangsa eropa. Dengan
kegigihan dan semangat pantang meneyerah yang mereka miliki sehingga bisa
menaklukkan para penjajah. Kita juga harus menjaga dan melestarikan
peninggalan-peninggalan kebudayaan bangsa kita, karena peningggalan-peninggalan
tersebut mengandung nilai-nilai edukasi dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
·
Triyanto. 2011.LKS TUNTAS. Surakarta : Graha Pustaka
· Anisaayuintanfatiam.blogspot.com/2013/03/kehidupan-masa-runtuh-dan-peninggalan.html